1. Berdasarkan Surat Keputusan DPRD sementara Kota Besar Kediri tgl. 30-3-1952 No. 22/DPRD-S/52 dan tgl. 21-IX-1953 No. 16/DPRD-S/53 yang menetapkan suatu lambang (Wapen) untuk Daerah Kota Besar Kediri, dan Surat Keputusan tersebut telah disyahkan oleh Surat Keputusan Presiden RI No. 127/1954 dimuat dalam Berita Negara tahun 1954 No. 57.
2. Berdasarkan Surat Keputusan DPRD-Kotapraja Kediri tgl. 3-3-1959 No. 5/DPRD/59 yang menimbang, bahwa disamping 'Lambang Pemerintah' Kotapraja Kediri perlu memiliki Panji, dan panji termaksud kemudian di dalam Diktum Pertama dari surat keputusan tersebut diatas, ditetapkan dalam 2 bentuk yaitu:
1. Panji Berbentuk Bendera
2. Panji berbentuk Perisai
Penjelasan Lambang Kota Kediri
Tertera dalam lambang:
1. Buto Locoyo
2. Perisai
3. Macan Putih (Sri Aji Joyoboyo)
4. Bunga Melati
5. Padi dan Kapas
6. Dewi Kilisuci
7. Pita "Djojo ing Bojo"
8. Sayap berbulu 17 dan 8 dan ekor berbulu 4 dan 5
Penjelasan:
a. Buto locoyo (Ki Ageng Dhoho) patih yang setia, teguh dan jujur dari Sri Aji Joyoboyo, penjaga Kota Kediri, lambang Kesetiaan, Keteguhan dan Kejujuran.
b. Perisai, lambang Pertahanan
c. Macan Putih (Sri Aji Joyoboyo) Raja Pujangga ahli nujum ternama dari Kediri, lambang Waspada
d. Bunga Melati, bunga nasional (Bunga Pusaka Indonesia) berdaun lima lambang Pancasila
e. Padi dan Kapas, lambang Kemakmuran
f. Dewi Kilisuci namanya sesuai dengan jiwanya. Ia bertapa untuk kepentingan saudaranya yang diberi haknya untuk memimpin rakyatnya (dia lapar untuk orang lain), lambang tidak mementingkan diri sendiri
g. Pita "Djojo ing Bojo" adalah bahan pengikat atau mempersatukan, lambang Persatuan
h. Sayap dan ekor berbulu 17, 8, 4 dan 5 atau 17-8-1945, lambang Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Kesimpulannya:
Warna Dengan Keberanian, Kesucian, dan Penderitaan dapat tercapai hasil yang gilang gemilang
Lambang Kediri tetap Waspada dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan Keberanian, Kesucian, Keteguhan dan tidak takut Penderitaan untuk mencapai hasil yang Gilang Gemilang (Aman dan Makmur)
Penjelasan Warna Asli yang Tertera dalam Gambar Lambang
1. Dasar berwarna Hitam
2. Buto Locoyo, Padi dan Kapas, Dewi Kilisuci berwarna Kuning
3. Garis terputus-putus/titik-titik pada kepala, tangan dan kaki Buto Locoyo juga pada sayap dan ekor burung berbulu 17,8,4, dan 5 berwarna Coklat
4. Perisai berwarna Merah
5. Macan putih (Sri Aji Joyoboyo), bunga melati berwarna Putih
6. Pita "Djojo ing Bojo" berwarna dasar putih dan huruf hitam
Penjelasan Arti Warna Kuning dan Hijau bagi Rakyat Kota Kediri yang Tertera dalam Panji
Dalam perjalanan sejarah kehidupan rakyat Kota Kediri, disamping warna merah-putih, terdapat sepasang kombinasi warna yang menduduki tempat istimewa dalam kalbunya, yakni kombinasi warna HIJAU-KUNING
KUNING-HIJAU
Kombinasi Kuning-Hijau itu menggambarkan perpaduan yang harmonis antara air Sungai Brantas dan kesuburan tanah di sepanjang tepinya. Kombinasi tersebut juga mempunyai latar belakang dalam sejarah bagi rakyat Kediri.
Pada abad X, (masa Empu Sindok Cri Iqanawikrama Dharmatritunggadewa), warna Kuning menggambarkan Kebesaran dan Kemegahan tampuk pimpinan. Sedangkan Hijau adalah lambang Kemakmuran tanah dan rakyat.
Timbulnya Kediri yang juga disebut Dhaha atau Panjalu terjadi pada abad XI, sewaktu raksi Hulu Cri lokacwara Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Tunggadewa akan mengakhiri pemerintahannya.
Kediri berdiri di samping Jenggala dan tampuk pimpinan diserahkan oleh Airlangga kepada Cri Castraprabhu, juga disebut Cri Jayawarsa, hampir dua abad lamanya Kediri turut memegang pimpinan sejarah Indonesia disamping Criwijaya di Sumatra.
Kebesaran ini dapat kita lihat pada peninggalan-peninggalan yang masih ada, dan antara lain dikuatkan oleh berita-berita dari bangsa sahabat sejak jaman purba.
Chu Ku Fei yang pernah mengunjungi Kediri pada abad ke XII menyatakan bahwa warna kuning dan hijau merupakan warna hiasan gedung-gedung resmi.
Berdasarkan sumber tersebut, Prof. Dr. N.J. Krom R.A Kern dalam bukunya "Geschiedenis van Nederlandsch Indie", menulis antara lain: "... De Fraaiehuzen vallen op, versierd met gele en groene tichels." ("Rumah-rumah yang indah tampak jelas terhias dengan ubin-ubin Kuning dan Hijau")
Mengingat keterangan tersebut diatas, maka jelaslah bahwa kombinasi warna kuning-hijau telah lama dikenal oleh rakyat Kediri dan menduduki arti istimewa dalam hati dan jiwanya.
Rakyat Kediri, disamping mengenakan warna kuning sebagai kesetiaan, ini mungkin timbul, karena di masa lampau segala kebijakan tidak pernah menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan oleh Empu Sindok dan Airlangga. Kesetiaan ini nampak pula dalam usaha membangkitkan renaissance kebudayaan Indonesia di masa lampau. Sebelum Kediri, Kebudayaan kita berada di bawah pengaruh yang kuat dari Kebudayaan Hindu.
Warna hijau selain diartikan kemakmuran, juga diartikan kewaspadaan, karena soal kemakmuran tidak dapat dipisahkandari kewaspadaan.
Bagi Kediri kedudukan Sungai Brantas adalah suatu faktor yang menghubungkan kedua hal tersebut. Air Brantas yang berwarna kuning keemasan itu merupakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan, tetapi disamping itu terus menerus mengajak rakyat waspada. Kelengahan akan dapat mengubah kemakmuran menjadi kehancuran.
Jadi warna kuning dan hijau itu bagi Kediri mengandung arti complemenfen (saling melengkapi) dan mengandung dwimakna.
Kebesaran "kuning" hanya dapat dicapai dengan kemakmuran "hijau" dan sebaliknya, Kewaspadaan "hijau" hanya dapat digunakan sebagai senjata kalau ada kesetiaan "kuning".
Dalam rangka perpaduan kesetiaan dan kewaspadaan inilah muka dua warna tersebut digunakan juga sebagai lambang Angkatan Perang Jayakatwang, di tengah-tengah panji-panji Merah-Putih, dalam usahanya mengembalikan kejayaan Kediri.