Potensi Gagal Panen Kurang dari 20 Persen Luas Sawah Kota Kediri

Kediri Dalam Berita | 20/09/2021

Kediri, koranmemo.com – Ancaman gagal panen padi masih mengintai para petani di Kota Kediri. Tercatat tahun 2020 sebanyak 16,2 persen dari 1.843 hektare lahan padi gagal panen. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri menyebut ada beberapa persoalan yang mengakibatkan padi rusak dan gagal panen.

Kepala DKPP Kota Kediri, Mohamad Ridwan, mengatakan, pertengahan 2021 ini terdapat laporan serangan hama di wilayah Kecamatan Mojoroto, yakni sekitaran Kelurahan Gayam, Sukorame, dan Ngampel. Di area persawahan Kelurahan Banaran, juga terdapat lahan padi yang diserang hama.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, dari 1.843 hektare sawah yang dapat dipanen hanya seluas 1.542,92 hektare saja. Dengan demikian sebanyak 300.02 hektare atau 16,2 persen sawah di Kota Kediri tidak dapat panen selama tahun 2020.

Untuk mengatasi hal tersebut, melalui pendamping petani, penyuluhan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) diberikan. “Serangan hama wereng masih terjadi. Beberapa petak sawah padinya menguning dan mati sebelum dipanen. Kami telah berupaya untuk melakukan pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida organik,” katanya.

Secara perlahan petani diarahkan untuk menggunakan pestisida organik seperti agensia hayati. Selain lebih efektif, menurutnya, juga lebih aman jika digunakan dalam jangka panjang. “Pestisida anorganik memang cepat dalam mengurangi populasi hama, namun kita juga perlu mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan. Jadi lebih bijak jika kita mulai beralih ke agensia hayati untuk mengendalikan OPT,” ungkapnya.

Menurut Ridwan, penggunaan pestisida organik memiliki kekurangan dari segi waktu. Agensia hayati membutuhkan jeda lebih lama dan penggunaan lebih teratur untuk menghilangkan OPT yang merusak tanaman.

Sementara itu, pemakaian pestisida sintetik kurang bijaksana dalam jangka waktu lama dan akan banyak menimbulkan masalah dalam bidang pertanian.

“Disadari atau tidak, penggunaan pestisida sintetik secara terus menerus akan berdampak buruk pada lingkungan, pertanian, dan hasil pertanian itu sendiri. Memang agensia hayati membutuhkan waktu lebih lama, tapi dari studi penggunaan dalam jangka panjang tidak akan merusak lingkungan,” ujar Ridwan.

Selain karena hama, musim yang tidak bisa ditebak juga menjadi alasan mengapa luas panen padi berkurang. Bencana angin dan hujan yang merusak padi mengakibatkan sebagian tanaman tidak bisa dipanen. Jika cuaca setiap hari mendung dan tidak ada sinar matahari, tanaman juga berpotensi lebih besar rusak karena jamur atau hama.

“Karena petani di Kota Kediri masih menanam di tempat terbuka, gangguan cuaca memang tidak bisa diprediksi dan bisa merusak tanaman. Dengan teknologi saat ini seperti menggunakan peramal cuaca BMKG sebenarnya bisa, tapi tidak semua petani mengerti tentang caranya,” tutupnya.

Selain itu, karakteristik sawah menjadi faktor berkurangnya lahan panen di Kota Kediri. Seperti halnya di sawah yang berada di lahan yang lebih tinggi seperti di area Kecamatan Mojoroto, ketika hujan baru bisa ditanami padi.

“Sementara di persawahan area Kelurahan Semampir, pada saat musim hujan lebih sering banjir sehingga sulit ditanami,” tutupnya.