Pada Sekolah Peduli Inflasi yang digagas oleh KPwBI Kediri bersama Pemkot Kediri, anak-anak di jenjang SMP terlibat aktif dalam pengendalian inflasi dari sisi bahan komoditas pangan salah satunya dengan urban farming. Seperti di SMPN 4 Kota Kediri, kegiatan Sekolah Peduli Inflasi memanfaatkan lahan di belakang sekolah. Di lahan tersebut, ditanami terong, bunga kol, labu siam, tomat, dan cabai. Dalam kompetisi Sekolah Peduli Inflasi ini, SMPN 4 Kota Kediri mendapatkan 50 bibit tanaman cabai besar, 50 bibit tanaman cabai rawit, dan 50 bibit tanaman tomat.
Perwakilan Kader Adiwiyata SMPN 4 Kota Kediri, Alouna dan Uwais mengatakan bahwa dalam kegiatan urban farming semua siswa-siswi dilibatkan. Setiap hari Jumat siswa-siswi dari kelas VII dan VIII secara bergiliran diajarkan untuk menanam. Dalam kegiatan bercocok tanam tersebut siswa-siswi dibantu oleh guru dan juga belajar dari internet. Bagaimana agar tanaman tumbuh bagus dan apa penyebab gagal panen. "Jadi setiap hari Jumat ada kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Disitu kita diajarkan untuk menanam sekaligus perawatan tanah dan pemeliharaan tanaman hingga pengolahan hasil panen. Bahkan kita juga diajarkan untuk membuat kompos dan hasilnya digunakan untuk pupuk tanaman yang telah kita tanam," ujarnya.
Alouna dan Uwais menjelaskan hasil panen dari penanaman beberapa komoditas pangan tersebut juga telah dimanfaatkan. Ada yang dijual kepada Bapak Ibu guru, untuk kegiatan prakarya tata boga, dan juga diolah menjadi makanan untuk kegiatan kewirausahaan. Hasil dari penjualan tersebut akan dibelikan bibit tanaman, untuk ditanam kembali. "Kita sudah pernah panen dan hasilnya dijual. Nanti dibelikan bibit lagi. Ada juga yang dimasak menjadi sambal terong hingga terong isi ayam dan dijual untuk praktek kewirausahaan. Bahkan terong yang kita tanam sudah pernah panen hingga 10 kilogram," jelasnya.
Pj Wali Kota Kediri Zanariah mengapresiasi penerapan dari Sekolah Peduli Inflasi. Tak hanya memberikan pemahaman mengenai inflasi, namun siswa-siswi juga memiliki ketrampilan baru. Siswa-siswi dapat menghargai lingkungan, bercocok tanam, dan membuat olahan dari hasil panen untuk dijual. "Selain mereka paham akan inflasi mereka jadi punya skill baru. Anak-anak bisa mempraktekkan tanam sayuran ini di rumah masing-masing, agar lahan pekarangan rumah lebih produktif guna memperkuat program urban farming kita,” ujarnya, Selasa (4/6).
Zanariah menambahkan memang dalam mengendalikan inflasi ini membutuhkan kolaborasi dengan semua pihak. Dalam mengendalikan inflasi melalui OPM berkolaborasi dengan Bulog dan KPwBI. Sementara dalam Sekolah Peduli Inflasi ini berkolaborasi dengan KPwBI. Di bulan Mei 2024, inflasi Kota Kediri sebesar -0,20% atau mengalami deflasi. Komoditas penyumbang inflasi bulan Mei 2024 adalah telur ayam ras, emas perhiasan dan sawi hijau. "Semua pihak harus terlibat dalam mengendalikan inflasi ini. Alhamdulillah di Kota Kediri semua kompak," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Tetuko Erwin mengungkapkan inflasi terjadi karena beberapa penyebab seperti meningkatnya biaya produksi, dan yang terpenting karena meningkatnya permintaan sehingga mengakibatkan kenaikan harga karena penawaran atau stok tidak dapat memenuhi. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas cabai dan beberapa sayuran di Kota Kediri ini, dimana permintaan selalu meningkat di bulan tertentu menjelang hari besar atau perayaan keagaamaan. Selain itu saat panen sedang sedikit, harga juga naik, karena itu TPID mengajarkan kapada anak-anak untuk menanam cabai. Selain sebagai sarana meredam dampak inflasi, kegiatan menanam juga dapat menjaga ketahanan pangan dan melatih kedisiplinan anak kapan waktu menyiram dan memberi pupuk. "Kami di TPID memilih untuk mengajarkan menanam cabai karena di Kota Kediri ini penggunaannya sangat banyak pada masakan sehari-hari seperti pecel dan nasi goreng. Sedangkan pada tahun 2023 lalu, cabai menjadi kontributor pendorong inflasi selama 9 bulan dari 12 bulan yang diukur, sehingga menjaga ketersediaan cabai menjadi sangat penting," ungkapnya.